Kamis, 19 Maret 2009

Menuju Pendidikan Tinggi yang Kualitatif

Kondisi pendidikan di negara kesatuan Republik Indonesia saat ini makin carut marut. Apakah kita yang berada di wilayah pendidikan dan yang menjalaninya hanya bisa menjalani apa yang diseting oleh orang-orang yang menginginkan ini semua. Dimana selama 32 tahun kita dibodohi oleh negara-negara investor yang mengambil keuntungan dari titik peluh rakyat Indonesia.
Ini semua dikembalikan pada kita lagi sebagai orang-orang yang berpendidikan. Apakah pendidikan yang kita jalani ini benar-benar mendidik rakyat Indonesia menjadi cerdas? Mari kita fokuskan ke ruang lingkup pendidikan kita masing-masing, baik itu eksak maupun non eksak, mari kita bedah dan analisa kembali!!!
Sebuah tanda tanya besar “apakah telah benar paradigma pendidikan di Indonesia yang sedang kita jalani ini? Realita yang terjadi di pendidikan pada saat sekarang adalah pemerintah hanya menginginkan kuantitas, bukannya dari kualitas pendidikan itu sendiri. Pemerintah hanya meningkatkan infrastruktur dan fasilitas. Tapi apa hasil pendidikan itu sendiri bisa terjun langsung ke masyarakat dengan menerapkan dan sesuai profesi peserta didik yang telah didapat di bangku pendidikannya?
Sampai saat sekarang ini lembaga pendidikan di Indonesia yang mendidik untuk bertanggung jawab pada masyarakat adalah Perguruan Tinggi. Dan mari sama-sama kita perkecil lagi ke wilayah Perguruan Tinggi yang menciptakan peserta didik yang ahli di profesinya masing-masing dan sama-sama kita pilih perguruan tinggi seni.
Perguruan tinggi seni di Indonesia mempunyai paradigma untuk melahirkan peserta didik yang ahli di bidang kesenian. Ada lima profesi yang akan dijalankan oleh peserta didik untuk masyarakat setelah keluar dari Perguruan Tinggi. Seni, Yaitu sebagai Player (pelaku), Peneliti (pengkajian), Pendidik, Management dan karya (penyaji). Apakah kelima profesi ini akan didapatkan oleh peserta didik setelah keluar dari Perguruan Tinggi Seni, dan apakah benar-benar mahir di bidangnya?
Kita fokuskan pada lembaga Perguruan Tinggi Seni yang ada di wilayah bagian barat Indonesia yaitu STSI Padangpanjang. Sama-sama dapat kita lihat dan ketahui tamatan STSI Padangpanjang mungkin puluhan bahkan ratusan setiap periode dengan menyandang gelar sarjana seni yang siap terjun ke masyarakat dengan gelar profesinya masing-masing yang dipilih selama proses pendidikan. Ini belum tentu benar 100%. Realita yang terjadi saat ini mungkin hanya 10 hingga 20 % lulusan STSI Padangpanjang yang terjun ke masyarakat dan mengabdi sesuai dengan profesinya masing-masing.
Tetapi apa yang terjadi pada sebagian besar lainnya? Kemana selebihnya lulusan STSI Padangpanjang? Kenapa kebanyakan lulusan STSI Padangpanjang melanjutkan ke akta empat? Ataukah memang hanya ada satu profesi yang diprogamkan dari STSI Padangpanjang bidang keahlian khusus yaitu Pekerja Seni (Seniman)!!! Siapa yang bertanggung jawab dengan ini semua?(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar